07 Oktober 2009

Desa Mandalamekar Menuju Desa Mandiri di Tasik Selatan



KAB.TASIK,BuserTrans
     Selama ini, Desa Mandalamekar yang berada di wilayah perbukitan Kec.Jatiwaras sebelah selatan Kabupaten Tasikmalaya, memang dikenal sebagai desa IDT. Namun, sejak Yana Noviadi menjabat Kepala Desa Mandalamekar, ada banyak perubahan yang ada di desa ini.
    “Sejak awal menjabat Kepala Desa Mandalamekar, saya selalu mengajak perangkat desa dan warga desa untuk bahu membahu membangun Desa Mandalamekar kea rah yang lebih maju.Setidaknya, yang semula termasuk desa IDT menjadi Desa Mandiri di Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan,”ujar Yana Noviadi.
    Desa Mandalamekar mempunyai kekhasan sebagai desa di Priangan Timur dimana perkampungan berada di lereng lereng pebukitan, terdiri dari empat kedusunan dengan jumlah penduduk 3.191 jiwa dan luas wilayah 709 hektar. Desa Mandalamekar saat ini memolopori Desa Konservasi Mandiri dan memiliki beberapa tempat penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jawa Barat hingga ke luar pulau Jawa dan potensi pariwisata lainnya.
    Yana mengatakan, bahwa dari luas wilayah 718 ha diantaranya, seluas 78 ha digunakan untuk kawasan Hutan Lindung mata air dan 58 ha merupakan tanah kas desa 18 ha disewakan untuk lahan pertanian kepada masyarakat dan 40 ha yang berada di blok Karang Soak dilakukan penghijauan kembali untuk mendukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciwulan
    Dia mengakui, Desa Mandalamekar selama ini termasuk desa IDT karena disebabkan berbagai faktor, dan juga kurangnya perhatian dari pemerintah terutama Pemkab Tasikmalaya maupun lembaga legislative. Beberapa factor tersebut antara lain: Pertama, bertahun tahun desa ini tidak mempunyai akses jalan yang baik, meski jarak ke pusat Kota Tasikmalaya hanya 30 km, tetapi ongkos perjalanan menuju kota untuk berinteraksi dan membawa hasil usaha/pertanian dari desa harus lebih mahal dan tentu saja waktu tempuh rata rata 2 – 3 jam.
    “Untuk memperlancar gerak ekonomi dan transportasi, warga Desa Mandalamekar sudah terbiasa secara mandiri membangun infrastruktur tanpa bantuan dari Pemerintah. Selama bertahun tahun Desa Mandalamekar menunggu janji Bupati dan pemerintah yang lebih tinggi tanpa ada kejelasan kapan jalan tersebut dapat dilintasi dengan nyaman oleh penggunanya.,”ungkapnya.
    Kedua, Listrik masuk desa yang dirasakan warga jauh tertinggal dari desa desa lainnya. Dengan alasan sulitnya sarana jalan, aliran listrikpun mengikuti dengan damai datang ke Mandalamekar pada akhir tahun 90-an. Sebelumnya warga menerangi desanya dengan kayu dan bahan alam lainnya.
Ketiga, akses pendidikan yang jauh tertinggal walaupun berdampak positif bagi warganya untuk mandiri mengikuti pendidikan formal. Sampai akhir tahun 90-an untuk mengikuti jenjang pendidikan SMP saja, warga diwajibkan jalan kaki berjarak 7 – 10 KM untuk mencapai SMPN Cibalong yang terdekat.Namun, akhirnya Desa Mandalamekar mendapat satu SMP Negeri Jatiwaras yang selama ini mampu mengentaskan capaian pendidikan dasar 9 tahun.
    Keempat, kualitas kesehatan dan pelayanan jauh dari standar kesehatan yang harus diterima warga Mandalamekar. Keberadaan bidan menjadi tulang punggung semua hal yang berhubungan dengan dunia kesehatan. Warga tidak diberikan alternatif untuk hidup sehat dan mendapat fasilitas kesehatan yang standar.
“Namun alhamdulillah, kini tengah dibangun Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (PUSTU) di Desa Mandalamekar, dan diharapkan segera selesai. Dengan hadirnya PUSTU di sini dapat melayani warga desa tetangga. “kata Yana Noviadi.
    Kelima, sektor ekonomi dan budaya bisa dikatakan punya hal yang sama seperti beberapa alasan sebelumnya. Karena masyarakat diberikan untuk hidup secara mandiri tanpa tersentuh oleh fasilitas yang diterima diperkotaan.
    “Dengan alasan itulah Desa Mandalamekar secara tidak langsung telah mengalami tempaan yang begitu mendasar dari satu kondisi desa tertinggal. Pemikiran-pemikiran besar dan strategis telah mengemuka di sebagian besar masyarakat. kembali ke alam dan mengoptimalkan alam menjadi bagian penting yang saat ini muncul dipermukaan dan pikiran warga. Ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian dan lainnya kembali diperbaiki. Hutan yang menjadi penopang hidup warga mulai dipulihkan. Sarana desa mulai diperbaiki dengan tentu saja bersumber dari kemandirian dan modal yang bukan dari pemerintah.”papar Kades Mandalamekar.
    Yana menegaskan, bahwa Mandalamekar akan terus menjadi desa yang tidak tergantung pada bujukan pemerintah dan politisi yang datang 5 tahun sekali saat pemilu mau berlangsung. Mandalamekar akan terus bergerak dengan kemandirian yang saat ini sudah tumbuh dan pondasi tersebut lebih kuat dibanding desa desa lainnya. Kerja sama, kerja bakti dan goton royong menjadi roh yang terus mempersatukan semangat kemandirian itu tetap ada.(REDI M.BUSER)@@

Tidak ada komentar: