14 September 2009

Redi Mulyadi "Menerima Penghargaan Top Reporter HOKI"





REDI MULYADI, wartawan Buser Trans sekaligus reporter media internet menerima penghargaan “Top Citizen Reporter of The Month“ September 2009 dari Harian Online Kabar Indonesia (HOKI) yang bermarkas di Netherlands Belanda, karena ia dinilai produktif dalam pengiriman berita. Penghargaan tersebut diterimanya pada tanggal 9 September 2009 lalu.
    “Bangga sekali. Sebab, karya berita saya sangat dihargai oleh sebuah media massa besar tingkat dunia, meski baru beberapa bulan saya bergabung dengan media Kabar Indonesia.”ungkapnya.
    Dia memang layak menerima penghargaan tersebut, karena setiap hari berita-beritanya selalu muncul di HOKI, menghiasi ‘dunia maya’ layar internet. Bahkan, ketika terjadi bencana alam gempa bumi berkekuatan 7,3 SR yang berasal dari barat daya Tasikmalaya, tiap hari tak kurang dari 5 buah berita muncul di HOKI.
    Walaupun kirim berita ke media internet, menurut Redi Mulyadi, tapi HOKI adalah sebuah media online besar yang banyak pembacanya berasal dari penjuru dunia.”Untuk itu, berita saya telah beredar luas ke mancanagara dan dibaca oleh masyarakat internasional,”tuturnya. 
    Lantas, siapa Redi Mulyadi ini ? Pria kelahiran Cianjur ini mengaku,sejak 10 Oktober 1987 lalu sudah mulai rajin menulis di berbagai surat kabar,
seperti Mitra Desa, Galura, Pikiran Rakyat, Bisnis Indonesia,
Media Indonesia, Suara Pembaruan, Peluang, Kapital, Harian
Terbit, Pos Film, Harian Waspada, Minggu Pagi, HU Jayakarta,
Swadesi, Buana Minggu, Mandala, Gala, Mangle, Bandung Pos,
Panasea, Kartini, Amanah, Pertiwi, Senang, Seru dan lain-lainnya.
    Pada masa Orde Baru itu, ia hanyalah sebagai wartawan "freelance" lepas. Karena saat itu, untuk menjadi wartawan sebuah surat kabar teramat ketat, harus mengikuti seleksi.  Setelah itu ia menjadi wartawan Kantor Berita Nasional Indonesia (KNI) dan Tabloid SINAR TANI Biro Priangan Timur sampai sekarang.                                  .
    Namun menurut istri dari Nina Nurlina ini, pada masa Orde Baru dulu, profesi wartawan itu menjadi kebanggaan tersendiri karena berwibawa dan disegani.  Apalagi yang menyandang sebagai wartawan freelance karena dapat memasukkan berita ke berbagai media                 .                               
Pada era Reformasi, ia masuk ke berbagai media di antaranya
Mingguan Nuansa, Patroli, Jabar Pos, Gema, Redaktur Persada,
Koresponden HU Priangan (Pikiran Rakyat Grup), Kepala Biro Buser Trans, Perintis sekaligus Redaktur Pelaksana NUANSA Post dan Pemimpin                 
Redaksi BERITA.Com serta kini menjadi Reporter Harian Online Kabar Indonesia (HOKI) yang markasnya di Belanda.                            .
    Selama 22 tahun menjadi wartawan (1987-2009), terutama
saat menjadi wartawan freelance, ternyata banyak suka dukanya. Walau profesi wartawan -- bila dari sisi materi -- rasanya sulit
untuk bisa menjadi kaya, kecuali kaya relasi/ rekan dan ilmu.
Kini ia memiliki beberapa anak buah yang memiliki karakter berbeda dan beberapa wartawan yang sulit diatur.  Tapi itulah wartawan di era Reformasi, terutama rekan-rekan wartawan yang kurang memahami dan memaknai arti profesi wartawan yang sesungguhnya.                    .
    Sejak awal, ayah dari Lukman Nugraha dan Irenia Sakinah ini memang ingin menjadi wartawan sejati yang beretika dan bermoral, professional, santun, disegani, menjunjungi tinggi kode etik, serta dapat menolong sesama umat, juga berkarya dan terus berkarya.             .
    Menurutnya, seorang wartawan harus selalu belajar dan belajar dalam setiap kesempatan. Dalam kamus wartawan sejati, tidak ada istilah malas untuk belajar karena profesi wartawan itu harus pintar dibanding narasumber/ orang yang diwawancarai, terutama dalam hal penulisan berita. Jadi, lucu bila ada yang mengaku wartawan tetapi tidak bisa menulis berita. Namun kenyataan sekarang, jangankan bisa 'menulis' berita, mewawancarai (apalagi pejabat) saja bingung karena tidak menguasai 'materi' atau bahan untuk wawancara dan umumnya mereka malas belajar.                                  .
  Lucunya lagi, wartawan 'uka-uka' begitu bangga dengan KTA yang dimiliknya dan digantungkan di saku bajunya. Lantas, perilakunya ala preman, misalnya melakukan pemerasan atau memburu amplop. Namun ia yakin 1000% bahwa rekan-rekan Pewarta HOKI adalah Pewarta sejati, pilihan, professional, berdedikasi tinggi, tanpa pamrih Semoga!     .                          

     Selama ini, selain menjadi wartawan, ia pun gemar menulis buku. Beberapa waktu lalu, ia pun menerbitkan buku Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dan tiga buku resep masakan Sedap Sekejap, penerbit CV Aneka Solo dan 4 seri buku cerita silat yang diterbitkan oleh pengarang Kho Ping Hoo. Kemudian buku Cara Mudah Belajar Komputer, Kiat Praktis Usaha Tani, Rahasia Bermain Sulap, Kumpulan Dongeng Anak, Cara Hebat Belajar Sempoa dan buku Kumpulan Artikel Pertanian, buku "Agenda Kegiatan Ramadhan" khusus bagi SD/ MI, SMP/ MTs/ SMU/ SMK/ MA.  Tak lama lagi ia akan menerbitkan buku riwayat hidup "Sang Jurnalis Sejati" H. Eddy Padmadisastra, wartawan senior H.U. Suara Pembaruan dari Tasikmalaya.(*) 

Tidak ada komentar: